Tuesday, September 26, 2017

Makrofag dalam kultur jaringan

Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel cultuus, atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur jaringan digunakan sebagai istilah umum yang juga meliputi kultur organ ataupun kultur sel. Istilah kultur sel digunakan untuk berbagai kultur yang berasal dari sel-sel yang terdispersi yang diambil dan jaringan asalnya, dari kultur primer, atau dari cell line atau cell strain secara enzimatik, mekanik, atau disagresi kimiawi (Listyorini, 2001). Teknik pembuatan kultur primer pada kultur sel, jaringan, dan organ hewan pada dasarnya sama. Sel, jaringan, atau organ hewan diambil dari tubuh hewan dan mulai dipelihara di dalam kondisi in-vitro. Selama di dalam kultur primer semua kebutuhan sel baik sebagai sel tunggal (kultur sel), sebagai bagian dari jaringan (kutur jaringan), maupun sebagai bagian organ (kultur organ) harus dipenuhi agar sel dapat hidup dan menjalankan fungsi normalnya (Listyorini,2001).
Kultur organ adalah teknik kultur jaringan yang dipakai untuk mempertahankan organ secara utuh dan mempertahankan struktur serta fungsi organ tersebut. Kultur organ terdiri atas dua macam teknik kultur, yaitu kultur organ dewasa dan kultur bakal organ. Kultur organ dewasa pada umumnya dipakai untuk mempertahankan kehidupan organ yang diambil dari tubuh baik yang masih sehat maupun kehidupan organ yang tidak mungkin dapat bertahan hidup. Kultur bakal organ memelihara jaringan-jaringan bakal organ untuk dikembangkan di dalam kondisi in-vitro. Indikator keberhasilan kultur organ hewan sama dengan kultur sel dan jaringan (hendaryono,1994).
Makrofag merupakan sel fagosit mononuklear yang utama di jaringan dalam proses fagositosis terhadap mikroorganisme dan kompleks molekul asing lainnya. Magrofag diproduksi di sumsum tulang belakang dari sel induk mieloid yang mengalami proliferasi dan dilepaskan ke dalam darah sesudah atau satu periode melalui fase monoblas-fase monosit. Monosit yang telah mengalami perubahan – perubahan untuk kemudian menetap di jaringan sebagai sebagai makrofag( Efendi, 2003).
Makrofag dalam darah dapat diaktivasi oleh berbagai macam stimulant atau aktivator, termasuk mikroba dan produknya, komleks antigen antibodi, inflamasi, limfosit T tersensitas, sitokinin dan trauma. Makrofag yang teraktivasi mempunyai jumlah lisosom yang meningkat dan menghasilkan serta melepaskan IL-I, yang mempunyai aktivasi luas dalam inflamsi. IL- I berperan dalam terjadinya demam dan aktivasi sel limfoid, menyebabkan pelepasan sitokinin lainnya ( Efendi, 2003).
Menurut fungsinya, magrofag dibagi menjadi 2 golongan, pertama sebagai fagosit professional dan kedua sebagi APC ( antigen presenting cell ) yang berfungsi menyajikan antigen kepada limfosit. Magrofag sebagai fagosit professional, sel ini dapat menghancurkan antigen dalam fagolisosom, dan juga melepaskan berbagai enzim dan isi granula ke luar sel, bersama-sama dengan sitokin seperti sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF) yang dapat membunuh organisme patogen (wijayanti, 2009).

Fungsi utama magrofag adalah melahap partikel dan mencernakannya oleh lisosom dan mengalirkan sejumlah substansi yang berperan dalam fungsi pertahanan dan perbaikan. Dalam sistem imun tubuh sel ini berperan serta dalam mempengaruhi aktivitas dari respon imun, merreka menelan, memproses dan menyimpan antigen dan menyampaikan informasi pada sel-sel yang berdekatan secara imunologis kompeten (limfosit dan sel plasma). Makrofag yang aktif juga merupkan sel sektori yang dapat mengeluarkan beberapa substansi penting, termasuk enzim-enzim lisosim, elastase, kolagenase, 2 protein dari sistem komplemen dan gen antivirus penting (interferon) (Muthmainah, 2002).

0 komentar

Post a Comment