Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut
sebagai tissue culture, weefsel cultuus, atau gewebe kultur. Kultur adalah
budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi
yang sama. Kultur jaringan digunakan sebagai istilah umum yang juga meliputi
kultur organ ataupun kultur sel. Istilah kultur sel digunakan untuk berbagai
kultur yang berasal dari sel-sel yang terdispersi yang diambil dan jaringan
asalnya, dari kultur primer, atau dari cell line atau cell strain secara
enzimatik, mekanik, atau disagresi kimiawi (Listyorini, 2001). Teknik pembuatan
kultur primer pada kultur sel, jaringan, dan organ hewan pada dasarnya sama.
Sel, jaringan, atau organ hewan diambil dari tubuh hewan dan mulai dipelihara
di dalam kondisi in-vitro. Selama di dalam kultur primer semua kebutuhan sel
baik sebagai sel tunggal (kultur sel), sebagai bagian dari jaringan (kutur
jaringan), maupun sebagai bagian organ (kultur organ) harus dipenuhi agar sel
dapat hidup dan menjalankan fungsi normalnya (Listyorini,2001).
Kultur organ adalah teknik kultur jaringan yang
dipakai untuk mempertahankan organ secara utuh dan mempertahankan struktur
serta fungsi organ tersebut. Kultur organ terdiri atas dua macam teknik kultur,
yaitu kultur organ dewasa dan kultur bakal organ. Kultur organ dewasa pada
umumnya dipakai untuk mempertahankan kehidupan organ yang diambil dari tubuh
baik yang masih sehat maupun kehidupan organ yang tidak mungkin dapat bertahan
hidup. Kultur bakal organ memelihara jaringan-jaringan bakal organ untuk
dikembangkan di dalam kondisi in-vitro. Indikator keberhasilan kultur organ
hewan sama dengan kultur sel dan jaringan (hendaryono,1994).
Makrofag
merupakan sel fagosit mononuklear yang utama di jaringan dalam proses
fagositosis terhadap mikroorganisme dan kompleks molekul asing lainnya.
Magrofag diproduksi di sumsum tulang belakang dari sel induk mieloid yang
mengalami proliferasi dan dilepaskan ke dalam darah sesudah atau satu periode
melalui fase monoblas-fase monosit. Monosit yang telah mengalami perubahan –
perubahan untuk kemudian menetap di jaringan sebagai sebagai makrofag( Efendi, 2003).
Makrofag
dalam darah dapat diaktivasi oleh berbagai macam stimulant atau aktivator,
termasuk mikroba dan produknya, komleks antigen antibodi, inflamasi, limfosit T
tersensitas, sitokinin dan trauma. Makrofag yang teraktivasi mempunyai jumlah
lisosom yang meningkat dan menghasilkan serta melepaskan IL-I, yang mempunyai
aktivasi luas dalam inflamsi. IL- I berperan dalam terjadinya demam dan
aktivasi sel limfoid, menyebabkan pelepasan sitokinin lainnya ( Efendi, 2003).
Menurut
fungsinya, magrofag dibagi menjadi 2 golongan, pertama sebagai fagosit
professional dan kedua sebagi APC ( antigen
presenting cell ) yang berfungsi menyajikan antigen kepada limfosit.
Magrofag sebagai fagosit professional, sel ini dapat menghancurkan antigen
dalam fagolisosom, dan juga melepaskan berbagai enzim dan isi granula ke luar
sel, bersama-sama dengan sitokin seperti sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF) yang dapat membunuh organisme patogen
(wijayanti, 2009).
Fungsi utama magrofag adalah melahap partikel dan mencernakannya
oleh lisosom dan mengalirkan sejumlah substansi yang berperan dalam fungsi
pertahanan dan perbaikan. Dalam sistem imun tubuh sel ini berperan serta dalam mempengaruhi
aktivitas dari respon imun, merreka menelan, memproses dan menyimpan antigen
dan menyampaikan informasi pada sel-sel yang berdekatan secara imunologis
kompeten (limfosit dan sel plasma). Makrofag yang aktif juga merupkan sel sektori
yang dapat mengeluarkan beberapa substansi penting, termasuk enzim-enzim
lisosim, elastase, kolagenase, 2 protein dari sistem komplemen dan gen
antivirus penting (interferon) (Muthmainah, 2002).
0 komentar
Post a Comment